Ibadah puasa Ramadhan yang
sejatinya dijadikan oleh Allah sebagai madrasah penggemblengan untuk
orang-orang beriman menjadi manusia muttaqin, di era materialisme
membelenggu hati manusia seperti sekarang ini, telah bergeser makna menjadi sekedar
pemindahkan jadwal makan dari siang hari ke malam hari. Ibadah puasa yang
semestinya biasa memperkecil urat nafsu, justru di bulan puasa ini atas
nama ibadah mendapat penggandaan, nafsu berganda, yang tadinya makan hanya
sekedar sepiring, sekarang dua atau tiga piring. Sehingga yang semestinya puasa
dapat mengurangi komsumsi, yang terjadi justru sekaliknya, pelipat gandaan konsumsi. Karena kebutuhan nafsu berganda maka
aksi nafsu untuk berbuat jahatpun berganda, maka yang terjadi orang puasa tapi
koruspinya justru meningkat. Orang berpuasa maksiatnya justru meningkat, dan
seterusnya. Padahal sudah jelas puasa lapar haus tanpa megendalikan nafsu itu
tiada artinya.
Dalam sabdanya Rasulullah
SAW bersabda
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ اَلزُّورِ
وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ
وَشَرَابَهُ
"Barangsiapa tidak
meninggalkan perkataan dusta dan mengerjakannya serta berlaku bodoh, maka tidak
ada keperluan bagi Allah untuk meninggalkan makanan dan minumannya." Riwayat
Bukhari dan Abu Dawud.
Target Pelatihan puasa
Romadhan sejatinya adalah untuk menutup
rapat-rapat pintu neraka jahannam, sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW:
إِذا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ
أَبْوَابُ الجنَّةِ وغُلِّقَت أَبْوَابُ
النَّارِ وصُفِّدتِ الشياطِينُ
"Apabila bulan
Ramadhan telah datang, maka dibukalah pintu-pintu syurga, ditutuplah
pintu-pintu neraka dan diikatlah semua syaitan." (Muttafaq 'alaih)
Dalam kitab Riyadhus
Shalihin terjemah Bay Arifin, hadits ini diberi catatan:
“TERBUKANYA PINTU SURGA DAN TERTUTUPNYA PINTU PINTU NERAKA DAN
TERBELENGGUNYA SETAN ITU SEMUA ISYARAT DARI TERKENDALINYA HAWA NAFSU YANG
MENDAPAT LATIHAN IBADAT YANG TIDAK PUTUS-PUTUS KEPADA ALLAH SEPANJANG HARI,
DENGAN TIADA PUTUS”.
Ternyata nafsu keserakan dan ketamakan,
adalah pintu neraka jahanam, seperi neraka jahanam yang perutnya nggak pernah
penuh dengan sebanyak apapun isi, demikian juga nafsu nggak pernah kenyang,
walaupun dijejali nasi sepenuh bumi, air sepenuh lautan. Seperti digambarkan dalam hadits Nabi SAW:
لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ
مِنْ مَالٍ لَابْتَغَى ثَالِثًا وَلَا يَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا
التُّرَابُ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
"Sekiranya anak
Adam memiliki harta sebanyak dua bukit, niscaya ia akan mengharapkan untuk
mendapatkan bukit yang ketiga, dan tidaklah perut anak Adam itu dipenuhi
melainkan dengan tanah, dan Allah menerima taubat siapa saja yang
bertaubat." (Mutafaqun ‘Alaih)
Manusia yang telah mejadi abdi hawa
nafsu, abdi materi, telah menjadikan perutnya seakan perut neraka jahannam yang
senantiasa lapar dan meminta tambanan isi kepada Allah SWT. Abul Hasan Ali
An-Nadwi memberikan penjelasan yang sangat bagus tentang manusia perut
neraka jahanam sebagaimana diterangkan dalam Surah Qoof ayat 30 di atas:
“BENAR, PERUT
KELOBAAN MANUSIA SUDAH TERLALU BESAR, TIDAK DAPAT MENGENYANGKAN HARTA BENDA
YANG BAGAIMANAPUN JUGA BANYAKNYA. HAMPIR SEMUA MANUSIA SEKARANG MENDERITA
DAHAGA YANG TIDAK DAPAT DIHILANGKAN SEKALIPUN DNEGAN AIR SEJUK BERTON-TON
BANYAKNYA. BERAPAPUN
BANYAK MINUM, NAMUN TETAP DAHAGA. SEOLAH-OLAH MANUSIA MENGANDUNG (MEMBAWA)
NERAKA JAHANNAM DI PERUTNYA MASING-MASING. NERAKA YANG PANAS YANG SENANTIASA
MEMINTA SIRAMAN AIR. BERAPA BANYAK AIR DISIRAMKAN DITELANNYA HABIS, BAHKAN
SELALU MINTA TAMBAHAN. IA SELALU BERSERU “MINTA TAMBAH”, ‘MINTA TAMBAH”.
“(dan ingatlah akan)
hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada Jahannam: "Apakah kamu
sudah penuh?" Dia Menjawab: "Masih ada tambahan?" (50:30)
Dan sayogyanyaa ibadah
Puasa Romadhan ini kita jadikan sebagai pembelajaran untuk mempersempit urat nafsu yang ternyata meruapakan perut neraka
jahamaan yang melekat di dalam kita, bukan malah menggandakanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar