Rabu, 08 Agustus 2012

PUASA DAN PERUT NERAKA JAHANNAM



Ibadah puasa Ramadhan yang sejatinya dijadikan oleh Allah sebagai madrasah penggemblengan untuk orang-orang beriman menjadi manusia muttaqin, di era materialisme membelenggu hati manusia seperti sekarang ini, telah bergeser makna menjadi sekedar pemindahkan jadwal makan dari siang hari ke malam hari. Ibadah puasa yang semestinya biasa memperkecil urat nafsu, justru di bulan puasa ini atas nama ibadah mendapat penggandaan, nafsu berganda, yang tadinya makan hanya sekedar sepiring, sekarang dua atau tiga piring. Sehingga yang semestinya puasa dapat mengurangi komsumsi, yang terjadi justru sekaliknya, pelipat gandaan konsumsi. Karena kebutuhan nafsu berganda maka aksi nafsu untuk berbuat jahatpun berganda, maka yang terjadi orang puasa tapi koruspinya justru meningkat. Orang berpuasa maksiatnya justru meningkat, dan seterusnya. Padahal sudah jelas puasa lapar haus tanpa megendalikan nafsu itu tiada artinya.
Dalam sabdanya Rasulullah SAW bersabda
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ اَلزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
"Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengerjakannya serta berlaku bodoh, maka tidak ada keperluan bagi Allah untuk meninggalkan makanan dan minumannya." Riwayat Bukhari dan Abu Dawud.
Target Pelatihan puasa Romadhan sejatinya adalah untuk menutup rapat-rapat pintu neraka jahannam, sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW:
إِذا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الجنَّةِ  وغُلِّقَت أَبْوَابُ النَّارِ وصُفِّدتِ الشياطِينُ
"Apabila bulan Ramadhan telah datang, maka dibukalah pintu-pintu syurga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan diikatlah semua syaitan." (Muttafaq 'alaih) 
Dalam kitab Riyadhus Shalihin terjemah Bay Arifin, hadits ini diberi catatan:
“TERBUKANYA PINTU SURGA DAN TERTUTUPNYA PINTU PINTU NERAKA DAN TERBELENGGUNYA SETAN ITU SEMUA ISYARAT DARI TERKENDALINYA HAWA NAFSU YANG MENDAPAT LATIHAN IBADAT YANG TIDAK PUTUS-PUTUS KEPADA ALLAH SEPANJANG HARI, DENGAN TIADA PUTUS”.
Ternyata nafsu keserakan dan ketamakan, adalah pintu neraka jahanam, seperi neraka jahanam yang perutnya nggak pernah penuh dengan sebanyak apapun isi, demikian juga nafsu nggak pernah kenyang, walaupun dijejali nasi sepenuh bumi, air sepenuh lautan. Seperti digambarkan dalam hadits Nabi SAW:
 لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لَابْتَغَى ثَالِثًا وَلَا يَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
"Sekiranya anak Adam memiliki harta sebanyak dua bukit, niscaya ia akan mengharapkan untuk mendapatkan bukit yang ketiga, dan tidaklah perut anak Adam itu dipenuhi melainkan dengan tanah, dan Allah menerima taubat siapa saja yang bertaubat." (Mutafaqun ‘Alaih)

Manusia yang telah mejadi abdi hawa nafsu, abdi materi, telah menjadikan perutnya seakan perut neraka jahannam yang senantiasa lapar dan meminta tambanan isi kepada Allah SWT. Abul Hasan Ali An-Nadwi memberikan penjelasan yang sangat bagus tentang manusia perut neraka jahanam sebagaimana diterangkan dalam Surah Qoof ayat 30 di atas:
“BENAR, PERUT KELOBAAN MANUSIA SUDAH TERLALU BESAR, TIDAK DAPAT MENGENYANGKAN HARTA BENDA YANG BAGAIMANAPUN JUGA BANYAKNYA. HAMPIR SEMUA MANUSIA SEKARANG MENDERITA DAHAGA YANG TIDAK DAPAT DIHILANGKAN SEKALIPUN DNEGAN AIR SEJUK BERTON-TON BANYAKNYA. BERAPAPUN BANYAK MINUM, NAMUN TETAP DAHAGA. SEOLAH-OLAH MANUSIA MENGANDUNG (MEMBAWA) NERAKA JAHANNAM DI PERUTNYA MASING-MASING. NERAKA YANG PANAS YANG SENANTIASA MEMINTA SIRAMAN AIR. BERAPA BANYAK AIR DISIRAMKAN DITELANNYA HABIS, BAHKAN SELALU MINTA TAMBAHAN. IA SELALU BERSERU “MINTA TAMBAH”, ‘MINTA TAMBAH”.
“(dan ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada Jahannam: "Apakah kamu sudah penuh?" Dia Menjawab: "Masih ada tambahan?" (50:30)
Dan sayogyanyaa ibadah Puasa Romadhan ini kita jadikan sebagai pembelajaran untuk mempersempit urat nafsu yang ternyata meruapakan perut neraka jahamaan yang melekat di dalam kita, bukan malah menggandakanya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar