Senin, 30 Januari 2012

SIKAP FPI TERHADAP SYI'AH DAN WAHABI

Sehubungan dengan bermunculan beragam macam pertanyaan bahkan fitnah dan tuduhan dalam berbagai blog mau pun facebook di dunia maya tentang aqidah FPI, ditambah lagi banyaknya desakan dari berbagai pihak agar FPI menyampaikan sikapnya secara terbuka tentang SYI'AH dan WAHABI. Maka kami redaksi fpi.or.id berinisiatif untuk menukilkan pernyataan Ketua Umum FPI Habib Muhammad Rizieq Syihab, MA, saat DIKLAT Sehari FPI di akhir tahun 2009 yang lalu berkaitan dengan ASASI PEJUANGAN FPI yang terkait asas, aqidah, dan madzhab Organisasi.

Senin, 23 Januari 2012

HAMKA: ISU WAHABI DI INDONESIA

 
Belakangan ini gerakan anti Wahabi begitu luar biasa, terutama setelah munculnya buku caci maki dan fitnah terhadap Wahabi  yang ditulis oleh orang yang menamanakan diri SYAIKH IDAHRAM. Buku-buku itu adalah Sejarah Berdarah Sekte Salafai Wahabi, Mereka Memalsukan Kitab-kitab Karya Ulama Klasik, Ulama Sejagad Menggugat Salafi Wahabi. Yang lebih hebat lagi buku itu merndapat dukungan penuh dari Ketua Umum Pengurusa Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) KH. Said Agil Siraj.
Sikap keras membabi buta terhadap Wahabi itu sesungguhnya bukan tanpa sebab, hal itu timbul karena para da’i-da’i salafi begitu kasarnya dalam menyampaikan hujjah, tanpa mau memperhatikan perasaan orang lain langsung gebuk bid’ah terhadap setiap amalan yang tidak sesuai dengan kelompoknya atau tidak sesuai dengan hujjah gurunya.
Terlepas dari itu semuanya, ternyata seperti diungkapkan oleh BUYA HAMKA, fitnah penyesatan  terhadap WAHABI itu bukan hal baru, tetapi merupakan lagu lama yang digunakan oleh pihak penjajah Belanda dan kelompok PKI. Penjajah Belanda yang mengetahui akibat bila akidah Wahabi diterima oleh Umat Islam pasti akan mengadakan perlawanan, berusaha sekuat daya untuk menghentikan faham Wahabi, sedangkan kelompok PKI berusaha menyesat-nyesatkan WAHABI supaya orang tidak memilih pasti Islam seperti Masyumi dan lain sebagainya.
Berikut kita ikuti uraian BUYA HAMKA tentang WAHABI dalam buku DARI PERBENDAHARAAN LAMA:
“Seketika terjadi Pemilihan Umum, orang telah menyebut-nyebut kembali yang baru lalu, untuk alat kampanye, nama "Wahabi". Ada yang mengatakan bahwa Masyumi itu adalah Wahabi, sebab itu jangan pilih orang Masyumi.
Pihak Komunis pernah turut-turut pula menyebut-nyebut Wahabi dan mengatakan bahwa Wahabi itu dahulu telah datang ke Sumatera. Dan orang-orang Sumatera yang memperjuangkan Islam di tanah Jawa ini adalah dari keturunan kaum Wahabi.
Memang sejak abad kedelapan belas, sejak gerakan Wahabi timbul di pusat tanah Arab, nama Wahabi itu telah menggegerkan dunia. Kerajaan Turki yang sedang sangat berkuasa, takut kepada Wahabi. Karena Wahabi adalah, permulaan kebangkitan bangsa Arab, sesudah jatuh pamornya, karena serangan bangsa Mongol dan Tartar ke Baghdad. Dan Wahabi pun ditakuti oleh bangsa-bangsa penjajah, karena apabila dia masuk ke suatu negeri, dia akan mengembangkan mata penduduknya menentang penjajahan. Sebab faham Wahabi ialah meneguhkan kembali ajaran Tauhid yang murni, menghapuskan segala sesuatu yang akan membawa kepada syirik.
Sebab itu timbullah perasaan tidak ada tempat takut melainkan Allah. Wahabi adalah menentang keras kepada Jumud, yaitu memahamkan agama dengan membeku. Orang harus kembali kepada Al Qur' an dan Al Hadits. Ajaran ini telah timbul bersamaan dengan timbulnya kebangkitan Revolusi Prancis di Eropa. Dan pada masa itu juga "infiltrasi" dari gerakan ini telah masuk ke tanah Jawa.
Pada tahun 1788 di zaman pemerintahan Paku Buwono IV, yang lebih terkenal dengan gelaran "Sunan Bagus", beberapa orang penganut faham Wahabi telah datang ke tanah Jawa dan menyiarkan ajarannya di negeri ini. Bukan saja mereka itu masuk ke Solo dan Yogya, tetapi merekapun meneruskan juga penyiaran fahamnya di Cirebon, Bantam dan Madura. Mereka mendapat sambutan baik, sebab terang anti penjajahan.
Sunan Bagus sendiripun tertarik dengan ajaran kaum Wahabi. Pemerintah Belanda mendesak agar orang-orang Wahabi itu diserahkan kepadanya. Pemerintah Belanda cukup tahu, apakah akibatnya bagi penjajahannya, jika faham Wahabi ini dikenal oleh rakyat. Padahal ketika itu perjuangan memperkokoh penjajahan belum lagi selesai. Mulanya Sunan tidak mau menyerahkan mereka. Tetapi mengingat akibat-akibatnya bagi Kerajaan-kerajaan Jawa, maka ahli-ahli kerajaan memberi advis kepada Sunan, supaya orang-orang Wahabi itu diserahkan saja kepada Pemerintah Belanda. Lantaran desakan itu, maka merekapun ditangkapi dan diserahkan kepada Belanda. Oleh Belanda orang-orang itupun diusir kembali ke tanah Arab.
Tetapi di tahun 1801, artinya 12 tahun di belakang, kaum Wahabi datang lagi. Sekarang bukan lagi orang Arab, melainkan anak Indonesia sendiri, yaitu anak Minangkabau. Haji Miskin Pandai Sikat (Agam) Haji Abdurrahman Piabang (Lubuk Limapuluh Koto) , dan Haji Mohammad Haris Tuanku Lintau (Luhak Tanah Datar). Mereka menyiarkan ajaran itu di Luhak Agam (Bukittinggi) dan banyak beroleh murid dan pengikut. Di antara murid mereka ialah Tuanku Nan Renceh Kamang. Tuanku Samik Empat Angkat. Akhirnya gerakan mereka itu meluas dan melebar, sehingga terbentuklah "Kaum Paderi" yang terkenal. Di antara mereka ialah Tuanku Imam Bonjol. Maka terjadilah "Perang Paderi" yang terkenal itu. Tigapuluh tujuh tahun lamanya mereka melawan penjajahan Belanda.
Bilamana di dalam abad kedelapan belas dan sembilan belas gerakan Wahabi dapat dipatahkan, pertama orang-orang Wahabi dapat diusir dari Jawa, kedua dapat dikalahkan dengan kekuatan senjata, namun di awal abad keduapuluh mereka muncul lagi !
Di Minangkabau timbullah gerakan yang dinamai "Kaum Muda". Di Jawa datanglah K.H.A. Dahlan dan Syekh Ahmad Soorkati. K.H.A. Dahlan mendirikan "Muhammadiyah". Syeh Ahmad Soorkati dapat membangun semangat baru dalam kalangan orang-orang Arab. Ketika dia mulai datang, orang Arab belum pecah menjadi dua, yaitu Arrabithah AIawiyah dan Al Irsyad. Bahkan yang mendatangkan Syekh itu ke mari adalah dari kalangan yang kemudiannya membentuk Arabithah Adawiyah.
Musuhnya dalam kalangan Islam sendiri, pertama ialah Kerajaan Turki. Kedua Kerajaan Syarif di Mekkah, ketiga Kerajaan Mesir. Ulama-ulama pengambil muka mengarang buku-buku buat "mengkafirkan" Wahabi. Bahkan ada di kalangan Ulama itu yang sampai hati mengarang buku mengatakan bahwa Muhammad bin Abdil Wahab pendiri faham ini adalah keturunan Musailamah AI Kazab!
Pembangunan Wahabi pada umumnya adalah bermazhab Hanbali, tetapi faham itu juga dianut oleh pengikut Mazhab Syafi'i, sebagai kaum Wahabi Minangkabau. Dan juga penganut Mazhab Hanafi, sebagai kaum Wahabi di India.
Sekarang "Wahabi" dijadikan alat kembali oleh beberapa golongan tertentu untuk menekan semangat kesadaran Islam yang bukan surut ke belakang di Indonesia ini, melainkan kian maju dan tersiar. Kebanyakan orang Islam yang tidak tahu di waktu ini, yang dibenci bukan lagi pelajaran Wahabi, melainkan nama Wahabi.
Ir. Dr. Sukarno dalam "Surat-surat dari Endeh"nya kelihatan bahwa fahamnya dalam Agama Islam adalah banyak mengandung anasir Wahabi.
Kaum Komunis Indonesia telah mencoba menimbulkan sentimen Ummat Islam dengan membangkit-bangkit nama Wahabi. Padahal seketika terdengar kemenangan gilang-gemilang yang dicapai oleh Raja Wahabi Ibnu Saud, yang dapat mengusir kekuasaan keluarga Syarif dari Mekkah. Ummat Islam mengadakan Kongres Besar di Surabaya dan mengetok kawat mengucapkan selamat atas kemenangan itu (1925). Sampai mengutus dua orang pemimpin Islam dari Jawa ke Mekkah, yaitu H.O.S. Cokroaminoto dan K.H.Mas Mansur. Dan Haji Agus Salim datang lagi ke Mekkah tahun 1927. Karena tahun 1925 dan tahun 1926 itu belum lama, baru lima puluh tahun lebih saja, maka masih banyak orang yang dapat mengenangkan bagaimana pula hebatnya reaksi pada waktu itu, baik dari pemerintah penjajahan, walau dari Ummat Islam sendiri yang ikut benci kepada Wahabi, karena hebatnya propaganda Kerajaan Turki dan Ulama-ulama pengikut Syarif.
Sekarang Pemilihan Umum yang pertama sudah selesai. Mungkin menyebut-nyebut "Wahabi" dan membusuk-busukkannya ini akan disimpan dahulu untuk Pemilihan Umum yang akan datang.
Dan mungkin juga propaganda ini masuk ke dalam hati orang, sehingga gambar-gambar "Figur Nasional", sebagai Tuanku Imam Bonjol dan K.H.A.Dahlan diturunkan dari dinding. Dan mungkin perkumpulan-perkumpulan yang menang nyata kemasukan faham Wahabi sebagai Muhammadiyah, Al Irsyad, Persis dan lain-lain diminta supaya dibubarkan saja.
Kepada orang-orang yang membangkit-bangkit bahwa pemuka-pemuka Islam dari Sumatera yang datang memperjuangkan Islam di tanah Jawa ini adalah penganut atau keturunan kaum Wahabi, kepada mereka orang-orang dari Sumatera itu mengucapkan banyak-banyak terima kasih!
Sebab kepada mereka telah diberikan kehormatan yang begitu besar!
Sungguhpun demikian, faham Wahabi bukanlah faham yang dipaksakan oleh Muslimin, baik mereka Wahabi atau tidak. Dan masih banyak yang tidak menganut faham ini dalam kalangan Masyumi. Tetapi pokok perjuangan Islam, yaitu hanya takut semata-mata kepada Allah dan anti kepada segala macam penjajahan, termasuk Komunis, adalah anutan dari mereka bersama!”

Sumbr: DARI PREBENDARAAN LAMA (BUYA HAMKA)


BERHUKUM KEPADA KITAB DAN SUNNAH DALAM TIMBANGAN AKIDAH


 
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? mereka hendak berhakim kepada thaghut[312], Padahal mereka telah diperintah mengingkari Thaghut itu. dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya”.
(QS. An-Nisa: 60)

********

DR. Nasir bin Sulaiman Al-Umar
Sebagian kaum muslimin memandang bahwa menerapkan hukum syariat merupakan ibadah amaliah/praktis (bukan bagian dari akidah), sedangkan meninggalkannya adalah perbuatan maksiat yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari Islam (murtad) selama mereka masih mengakui dua kalimat syahadat dan mengucapkannya.

Jumat, 20 Januari 2012

HAMKA: Saya Baru Dapat Menerimanya Kalau Islam Ini Saya Tinggalkan


Pendapat Buya Hamka Tentang Materi Deklarasi Umum HAM
 
Setelah membaca pasal-pasal dalam DUHAM, Hamka sampai pada kesimpulan bahwa semua pasal itu enak buat dibaca, meskipun anggota-anggota PBB itu sendiri masih banyak yang belum menjalankannya.


"Tetapi ayat 1 dari pasal 16 dan pasal 18 tidak bisa saya terima,"
"Sebab apa saya tidak dapat menerimanya? Sebab saya orang Islam. Yang menyebabkan saya tidak dapat menerimanya ialah karena saya jadi orang Islam, bukanlah Islam statistic. Saya seorang Islam yang sadar, dan Islam saya pelajari dari sumbernya; al-Quran dan al-Hadits. Dan saya berpendapat bahwa saya baru dapat menerimanya kalau Islam ini saya tinggalkan, atau saya akui saja sebagai orang Islam, tetapi syariatnya tidak saya jalankan atau saya bekukan."


Baca selengkapnya di sini 

Sabtu, 07 Januari 2012

Amin Rais: Pluralisme Kebablasan


"Saya kira kalau seorang muslim sudah mengatakan bahwa semua agama itu sama, maka tidak ada gunanya sholat lima waktu, bayar zakat, puasa Ramadhan, pergi haji, dan sebagainya. Karena itu agama jelas tidak sama. Kalau agama sama, banyak ayat Al-Quran yang harus dihapus. Nah, kalau sampai ajaran bahwa “semua agama sama saja” diterima oleh kalangan muda Islam; itu artinya, mereka tidak perlu lagi sholat, tidak perlu lagi memegang tuntunan syariat Islam. Kalau sampai mereka terbuai dan terhanyutkan oleh pendapat yang sangat berbahaya ini, akhirnya mereka bisa bergonta-ganti agama dengan mudah seperti bergonta-ganti celana dalam atau kaos kaki.”.

Baca selengkapnya di sini 

Rabu, 04 Januari 2012

Berkurangnya Pertolongan Allah SWT disebabkan Kurangnya Ketaatan dan Pelaksaan Perintah-Nya



Tatkala para sahabat merupakan manusia yang paling sungguh-sungguh dalam menjalankan perintah Allah Taala dan paling mentaati-Nya setelah Nabi SAW,-- maka DIA (Allah) menolong mereka dengan sempurna. Dan Ketika generasi sepeninggal mereka mengurangi pelaksanaan perintah dan ketaatan, maka Allah-pun mengurangi pertolongan-Nya terhadap mereka.


(Ibnu Katsir, Ringkasan tafsir Ibnu Katsir III/519)


BERISLAM SECARA KAFFAH


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al-Baqarah: 205)


Penjelasaan terbaik dalam hal ini disampaikan oleh  Sayyid Quthub dalam DIROSAH ISLAMIYAH sebagai berikut:

ANTARA CINTA SYAHWAT DAN TAQWA

Buya HAMKA

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
 (3:14)
“Ada riwayat bahwa setelah kaum Muslimin mendapat kemenangan gilang-gemilang dalam peperangan Badar, Rasulullah pernah mengajak kaum Yahudi di Madinah supaya masuk Islam, tetapi mereka tidak mau, melainkan mereka banggakan kekuatan, kebesaran jumlah harta mereka dan kelengkapan senjata mereka. Maka menurut riwayat itu, inilah sebab turun ayat ini.

Selasa, 03 Januari 2012

KEHIDUPAN DALAM HATI


Ibnu Qoyyim
وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ حَتَّى إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَنْزَلْنَا بِهِ الْمَاءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ كَذَلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (57) وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ وَالَّذِي خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلَّا نَكِدًا كَذَلِكَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَشْكُرُونَ (58)  

“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. seperti Itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur. (QS. 7: 57-58)


Allah mengabarkan bahwa angin dan hujan adalah kehidupan sementara waktu, yng satu menjadi ungkapan dan kias bagi yang lain. Kemudin Allah menyebutkan qiyas yang lain, bahwa tanah itu ada tanah yang subur, yang akan menumbuhkan tanaman dengan seijin Rab-nya jika ia ditimpa hujan, dan yag lain ada tanah yang tandus, yang tidak bisa menumbuhkan tanaman kecuali dalam keadaan merana, atau yang sedikit manfaatnya. Jika hujan menimpanya, maka ia tidak bisa menumbuhkan tanaman seperti yang ditumbuhkan oleh tanah yang subur.