Rabu, 28 Desember 2011

10 NUBUWAH RASULULLAH SAW TENTANG FITNAH YANG MELANDA UMAT ISLAM DI AKHIR ZAMAN

Rasulullah SAW sebagai khatamul anbiya' telah menubuwahkan fitnah besar yang akan melanda Umat manusia di akhir zaman. Untuk mengetahui apa dan bagaimana kita terhadap fitnah itu, kita akan menyimak 10 berita nubbuwah sebagai landasan, dengan harapan semoga memadai.

1.    Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

بَادِرُوا بِاْلأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
“Segeralah kalian melakukan amal saleh, sebab akan terjadi fitnah besar bagaikan gelap malam yang sangat gulita. Ketika itu seseorang pada pagi hari mu'min, tiba-tiba pada sore berbalik kafir, atau pada sore masih beriman tiba-tiba pagi telah kafir, mereka menukar agama mereka dengan sedikit keuntungan dunia". (Shahih Muslim: 169)

Kandungan Hadits:
1)    Hadits Rasulullah SAW ini memerintahkan kepada kita agar segera melakukan amal shaleh tanpa tunda-tunda karena akan segera datang era fitnah.
2)    Nabi SaW mensifati dahsyatnya fitnah itu dengan ungkapan: “kaqithoil lailil mudzlim” seperti potongan-potongan kegelapan malam.
Apa artinya?
Artinya, fitnah itu akan sambung menyambung tidak kelihatan ujung pangkalnya, seperti sifat kegelapan malam yang tidak kelihatan batas ujung dan pangkalnya karena diselimuti oleh hitam pekatnya malam yang gelap. Kenyataan ini diinformasikan oleh Nabi SAW dalam hadits lain:
... وَتَجِيءُ فِتْنَةٌ فَيُرَقِّقُ بَعْضُهَا بَعْضًا وَتَجِيءُ الْفِتْنَةُ فَيَقُولُ الْمُؤْمِنُ هَذِهِ مُهْلِكَتِي ثُمَّ تَنْكَشِفُ وَتَجِيءُ الْفِتْنَةُ فَيَقُولُ الْمُؤْمِنُ هَذِهِ هَذِهِ
"Akan datang sebuah fitnah sebagiannya lebih ringan dari yang lain (maksudnya beratnya fitnah yang tengah menimpa akan dianggap lebih ringan bila dibandingkan dengan fitnah yang akan datang sesudahnya). Setelah itu datang fitnah lain, orang-orang mukmin berkata, 'barangkali fitnah inilah yang akan membinasakanku', Setelah hilang bencana tersebut, timbul pula bencana yang lain. Dan orang mukmin berkata, 'barangkali fitnah inilah yang akan membinasakanku' ... 'barangkali fitnah inilah yang akan membinasakanku',!" (Shahih Muslim: 3431)
3)    Dahsyatnya gelombang fitnah itu akan menghanyutkan iman siapapun (kecuali tentunya yang memiliki pegangan yang kokoh, urwatul wutsqo) yang digambarkan oleh Nabi SAW, pagi orang beriman sore sudah menjadi kafir. Sore masih beriman paginya sudah menjadi kafir.
4)    Bentuk dari kekafiran itu adalah mereka rela menjual agamanya untuk dunia (materi). 

2.    Hudzaifah berkata:
كُنَّا عِنْدَ عُمَرَ فَقَالَ أَيُّكُمْ يَحْفَظُ حَدِيثَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْفِتْنَةِ كَمَا قَالَ قَالَ فَقُلْتُ أَنَا قَالَ إِنَّكَ لَجَرِيءٌ وَكَيْفَ قَالَ قَالَ قُلْتُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَنَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ وَالصَّلاَةُ وَالصَّدَقَةُ وَاْلأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ فَقَالَ عُمَرُ لَيْسَ هَذَا أُرِيدُ إِنَّمَا أُرِيدُ الَّتِي تَمُوجُ كَمَوْجِ الْبَحْرِ قَالَ فَقُلْتُ مَا لَكَ وَلَهَا يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ إِنَّ بَيْنَكَ وَبَيْنَهَا بَابًا مُغْلَقًا قَالَ أَفَيُكْسَرُ الْبَابُ أَمْ يُفْتَحُ قَالَ قُلْتُ لاَ بَلْ يُكْسَرُ قَالَ ذَلِكَ أَحْرَى أَنْ لاَ يُغْلَقَ أَبَدًا
Kami berada di kediaman Umar lalu ia bertanya: Siapa diantara kalian yang hafal hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang fitnah seperti yang beliau sabdakan? Hudzaifah bin Al Yaman menjawab: Aku. Umar berkata: Sesungguhnya kau gegabah, apa yang beliau sampaikan? Aku (Hudzaifah bin Al Yaman) berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Fitnah seseorang terhadap keluarga, harta dan tetangganya yang (dosanya) bisa dihapus dengan shalat, sedekah, memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran." Umar berkata: Bukan itu yang aku maksud, tapi fitnah yang bergelombang layaknya samudera. Aku berkata: Kau tidak bermasalah dengannya wahai Amirul Mu`minin, sesungguhnya diantaramu dengan fitnah itu ada pintu yang tertutup. Umar bertanya: Apakah pintunya didobrak atau dibuka? Hudzaifah menjawab: Didobrak. Umar berkata: Kalau begitu layak tidak tertutup selamanya. (Shahih Bukhari: 494; Shahih Muslim: 5150)

Kandungan Hadits:
1)    Menjelaskan tentang pemahaman makna fitnah yang difahami oleh para sahabat. Ada fitnah biasa, dan fitnah yang luar biasa. Fitnah biasa adalah sebagaimana diungkapkan oleh sahabat Hudzaifah Al-Yamani, bahwa:
"Fitnah seseorang terhadap keluarga, harta dan tetangganya yang (dosanya) bisa dihapus dengan shalat, sedekah, memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran."
2)    Sedangkan fitnah dengan arti luar biasa seperti diungkapkan sahabat Umar bin Khathab RA:
لَيْسَ هَذَا أُرِيدُ إِنَّمَا أُرِيدُ الَّتِي تَمُوجُ كَمَوْجِ الْبَحْرِ
"Bukan itu yang aku maksud, tapi fitnah yang laksana gelombang lautan".
3)    Menerangkan tentang gelombang fitnah yang kedua ini yang tidak dapat dibendung oleh siapapun.

3.    Hudzaifah bin al-Yamani, berkata:
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنْ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ شَرٌّ قَالَ نَعَمْ فَقُلْتُ هَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَسْتَنُّونَ بِغَيْرِ سُنَّتِي وَيَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ فَقُلْتُ هَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ نَعَمْ قَوْمٌ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمَا تَرَى إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ فَقُلْتُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ عَلَى أَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ
"Biasanya orang-orang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang kebajikan. Namun justru saya bertanya kepada beliau tentang kejahatan, karena saya khawatir akan menimpaku. Lalu saya bertanya, "Wahai Rasulullah! Kami dahulu berada dalam kejahilan dan kejahatan, karena itu Allah Ta'ala menurunkan kebaikan (agama) ini kepada kami. Mungkinkah sesudah ini timbul lagi kejahatan?" beliau menjawab: "Ya." Saya bertanya lagi, "Apakah setelah itu ada lagi kebaikan?" beliau menjawab: "Ya, akan tetapi ada cacatnya! saya bertanya, "Apa cacatnya?" Beliau bersabda: "Kaum yang bersunnah dengan selain sunnahku, dan berpetunjuk bukan dengan hidayahku, kamu tahu mereka tapi kamu ingkari." Saya bertanya, "Apakah setelah itu akan ada kejahatan lagi?" Jawab beliau: "Ya. Yaitu orang-orang yang menyeru menuju neraka Jahannam, barangsiapa memenuhi seruannya maka ia akan dilemparkan ke dalam neraka itu." Maka saya bertanya lagi, "Wahai Rasulullah! Tunjukanlah kepada kami ciri-ciri mereka." Beliau menjawab: "Baik. Kulit mereka seperti kulit kita dan berbicara dengan bahasa kita." Aku bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, bagaimana petunjuk anda seandainya saya menemui hal yang demikian?" Jawab beliau: "Tetaplah kamu bersama jama'ah kaum muslimin dan imam (pemimpin) mereka." Saya bertanya lagi, "Jika tidak ada jama'ah dan imam?" beliau menjawab: "Tinggalkan semua kelompok meskipun kamu menggigit akar kayu sampai ajal menjemput, dan kamu masih tetap pada pendirianmu." (Shahih Bukhari: 3338, 6557; Shahih Muslim: 3434)

Kandungan Hadits:
1)    Hadits ini menginformasikan tentang siklus pergantian baik dan buruk yang akan terus berlangsung. Dari era jahiliyah ke era Islam, setelah era Islam ke era jahiliyah lagi. Setelah era jahiliyah ke era Islam lagi. Atau dari zaman buruk berubah ke zaman kebaikan, berubah lagi ke zaman keburukan, kemudian berubah ke zaman kebaikan dan seterusnya.
2)    Tentang ciri zaman atau perilaku keburukan, yaitu:
a.   Adanya dukhan, kabut, syubhat  yang menutup pandangan mata untuk melihat kebaikan. Kabut itu disebut dengan ”qoumun yastanuuna bighairi sunnati wayahduuna bighairi hadyi” "Kaum yang bersunnah selain bukan dengan sunnahku, dan memimpin bukan dengan hidayahku".
b.   Adanya du'atun 'ala abwabi jahannam yang dicirikan oleh rasul dengan "qoumun min jildatina wayatakal-lamuuna bialsinatina” orang-orang yang kulit mereka seperti kulit kita dan berbicara dengan bahasa kita."
3)    Petunjuk Nabi SAW dalam menyikapi era tersebut. Yaitu iltizam dengan jama'atul muslimin dan imam mereka. Dan kalau hal itu tidak ada, maka harus meninggalkan firqoh seluruhnya dan kokoh menggigit akar pohon kebenaran sampai mati.

4.    Dari Abu Umamah Al Bahili dari Rasulullah SAW bersabda:
لَيُنْقَضَنَّ عُرَى اْلإِسْلاَمِ عُرْوَةً عُرْوَةً فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِي تَلِيهَا وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضًا الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلاَةُ
“Sendi-sendi Islam akan lepas satu demi satu, setiap satu sendi lepas manusia akan berpegang sekuatnya dengan berikutnya. Sendi yang akan pertama lepas adalah pemerintahan, dan yang terakhir adalah shalat”.( Musnad Ahmad:  21139)

Kandungan Hadits:
1)    Menginformasikan kepada kita bahwa Islam itu memiliki pilar-pilar yang menjadi penyokong kekuatan nilai Islam. Jejeran pilar Islam yang terdepan adalah al-hukm (pemerintahan) dan yang terakhir adalah sholat.
2)    Bila telah tiba eranya, pilar-pilar itu akan jebol satu demi satu, setiap kali pilar yang terdepan jebol, orang bertahan di pilar berikutnya. Ketika pilar berikutnya jebol juga, orang pindah bertahan di pilar berikutnya lagi. Demikian seterusnya, dan yang pertama akan jebol adalah pilar hukm dan terakhir adalah shalat.    

5.    Dari Abi Sa'id RA. Rasulullah SAW bersabda:
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللهِ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
“Sungguh kamu akan mengikuti tradisi (sunnah) orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal sampai pun mereka masuk ke lobang biawak kamu akan ikut juga”. Sahabat bertanya: “Apakah mereka itu Yahudi dan Nasrani ya Rasulullah?”  “Siapa lagi!”.  (Shahih Bukhari: 3197; Shahih Muslim: 4822; Musnad Ahmad: 7990)

Kandungan Hadits:
1)    Dalam hadits ini Rasulullah SAW menginformasikan kepada kita akan datang suatu era, umat Islam akan mengikuti “sunnah man qoblakum”, gaya hidup, life style orang-orang sebelumnya sejengkal demi sejengkal. Apapun bentuk gaya hidup itu akan diikuti dengan mata tertutup, sampai kalau mereka masuk mulut biawakpun, umat Islam akan mengikuti mereka. Bahkan dalam hadits lain disebutkan:
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا أَتَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلاَنِيَةً لَكَانَ فِي أُمَّتِي مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ
"Pasti akan datang kepada ummatku, sesuatu yang telah datang pada bani Israil seperti sejajarnya sandal dengan sandal, sehingga apabila di antara mereka (bani Israil) ada orang yang menggauli ibu kandungnya sendiri secara terang terangan maka pasti di antara ummatku ada yang melakukan demikian". (at-Tirmidzi: 2565)

2)    Setiap umat Islam mengikuti sunnah mereka sejengkal, berarti mereka meninggalkan sunnah Islam sejengkal. Ketika umat Islam mengkuti sunnah mereka dua jengkal, berarti umat Islam meninggalkan sunnah Islam dua jengkal. Sehingga umat Islam berganti sunnah, dari sunnah Islam dengan sunnah selain Islam, yaitu sunnah biawak.
3)    Yang dimaksudkan orang-orang sebelum mereka itu adalah, orang Yahudi dan Nasrani.

6.    Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA. Rasulullah SAW bersabda:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ قَرِيبًا مِنْ ثَلاَثِينَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُولُ اللهِ
"Belum akan terjadi kiamat sehingga dibangkitkan dajjal-dajjal, yaitu para pembohong yang jumlahnya hampir mencapai tigapuluh orang, semuanya mengaku sebagai Rasul Allah". (Mutafaqun 'Alaih)

Hadits-hadits di atas menginformasikan kepada kita bahwa:
1)   Fitnah dajjal adalah masalah terbesar sejak penciptaan Adam hingga terjadinya hari kiamat. Karenanya setiap nabi pasti mengingatkan umatnya tentang bahayanya fitnah terebut.
2)   Hakikat dajjal adalah ”kadzdzabun”, penipu atau pendusta. Tetapi ia senantiasa menggunakan baju pembawa dan pejuang kebenaran. Mereka mendakwakan diri sebagai nabi atau rasul. Tetapi mereka adalah nabi dan rasul palsu, karena Nabi SAW telah bersabda: ”laa nabiya ba’di”, tidak ada nabi sesudahku”. (Shahih Bukhari: 3196; Shahih Muslim: 3429, 4418, 4419; Sunan At-Tirmidzi: 2145, 3663, 3664; Sunan Abu Dawud 3710)
3)   Para dajjalun itu akan datang silih berganti, jumlahnya sangat banyak, Nabi SAW menyebut hingga 30 dajjal.
4)   Ciri-ciri lain dari dajjal adalah buta mata sebelah kanan, dan di jidatnya tertulis huruf K.F.R, kafir.
5)   Untuk selamat dari fitnah dajjal, kita diperintahkan untuk menghafal (menjaga) sepuluh ayat awal surah al-Kahfi dan sepuluh akhirnya. Dari sepuluh awal dan sepuluh akhir surah al-Kahfi ini kalau kita kaji lebih mendalam menunjukkan kepada kita tentang wajjah dajjal yang sesungguhnya, sebagaimana diterangkan dalam sepuluh awal ia menggunakan wajah spiritualis agamis. Sedangkan sepuluh akhir menunjukkan kepada kita wajah sekuler materialis.

7.    Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah SAW  bersabda:
بَدَأَ اْلإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
"Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasing."  (Shahih Muslim: 208)

Kandungan Hadits:
1)    Hadits di atas memberikan Informasi kepada kita bahwa dahulu Islam datang dengan keterasingan dan Islam akan terasing kembali seperti sediakala. Hal ini karena umat Islam mulai meninggalkan sunnahnya sendiri dan mengikuti sunnah orang lain, yaitu sunnah ghoirol Islam.
2)    Nabi SAW memberi ucapan selamat bahagia kepada orang asing di zaman yang asing itu.

8.    Dari Tsauban ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
يُوشِكُ اْلأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى اْلأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
"Hampir-hampir bangsa-bangsa mengerubut kalian (umat Islam), layaknya memperebutkan makanan yang berada di mangkuk." Seorang laki-laki berkata, "Apakah kami waktu itu berjumlah sedikit?" beliau menjawab: "Bahkan jumlah kalian pada waktu itu sangat banyak, namun kalian seperti buih di genangan air. Sungguh Allah akan mencabut rasa takut kepada kalian, dan akan menanamkan ke dalam hati kalian Al wahn." Seseorang lalu berkata, "Wahai Rasulullah, apa itu Al wahn?" beliau menjawab: "Cinta dunia dan takut mati.( Sunan Abu Dawud: 3745; Musnad Ahmad: 21363)

9.    Dari Abdullah bin Umar dia berkata, Rasulullah SAW menghadapkan wajah ke kami dan bersabda:
يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ لَمْ تَظْهَرْ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلاَّ فَشَا فِيهِمْ الطَّاعُونُ وَاْلأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلاَفِهِمْ الَّذِينَ مَضَوْا وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِلاَّ أُخِذُوا بِالسِّنِينَ وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلاَّ مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنْ السَّمَاءِ وَلَوْلاَ الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ وَعَهْدَ رَسُولِهِ إِلاَّ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلاَّ جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ
Wahai kaum Muhajirin, ada lima macam, jika kamu diuji dengan itu, dan lebih dahulu aku berlindung kepada Allah semoga kamu tidak mendapatinya.
Tidaklah fahisyah pada suatu kaum sehingga dilakukan secara terang-terangan, melainkan akan menjalar pada mereka wabah penyakit tho'un dan berbagai penyakit yang tidak pernah terjadi pada nenek moyang mereka dahulu.
dan tidak mengurangi takaran/ timbangan, melainkan terkena bencana kurangnya hasil bumi, dan berat pernghidupan sehari-hari dan kekejaman penguasa (pemerintah).
Tidak menahan pembayaran zakat, melainkan akan tertahan hujan dari langit, sehingga andaikan tidak ada ternak niscaya tidak akan turun hujan sama sekali.
Dan tidaklah menyalahi janji Allah dan rasul-Nya, melainkan akan didatangkan kepada mereka penjajah dari bangsa lain sehingga merampas sebagian hak milik dari tangan mereka.
Dan tidak menghukum pemimpin (pemerintah) mereka dengan selain kitab Allah, atau memilih-milih dalam kitab Allah yang ringan-ringan saja, melainkan Allah menjadikan kebinasaan mereka timbul dari mereka sendiri". (Sunan Ibnu Majah: 4009)

10. Rasulullah SAW bersabda:
بَادِرُوا بِاْلأَعْمَالِ سِتًّا إِمْرَةَ السُّفَهَاءِ وَكَثْرَةَ الشُّرَطِ وَبَيْعَ الْحُكْمِ وَاسْتِخْفَافًا بِالدَّمِ وَقَطِيعَةَ الرَّحِمِ وَنَشْوًا يَتَّخِذُونَ الْقُرْآنَ مَزَامِيرَ يُقَدِّمُونَهُ يُغَنِّيهِمْ وَإِنْ كَانَ أَقَلَّ مِنْهُمْ فِقْهًا
“Segeralah melakukan amal Saleh sebelum datangnya enam perkara: “Pengangkatan pemimpin-pemimpin yang bodoh, banyaknya jumlah polisi, jual beli jabatan, tidak ada penghargaan terhadap nyawa, pemutusan silaturahmi, orang-orang mabuk yang menjadikan al-Qur’an sebagai nyanyian, dimana mereka mendahulukan seseorang diantara mereka supaya mereka menyanyikannya, walau orang tersebut yang paling sedikit ilmunya”. (HR. Thabrani, Al-Jamiush Shaghir: 3120)


Informasi hadits-hadits 8,9, 10 adalah wabah-wabah penyakit yang menimpa umat Islam setelah fitnah melanda:

1)    Wabah Wahn, cinta dunia adan takut mati.
2)    Wabah Jahl. Bukan bodoh keduniaan tetapi bodoh terhadap agamanya.
3)    Wabah Fahisyah, yaitu segala bentuk kejahatan seperti, perzinahan, mabuk-mabukan dan narkotika, maling dan korupsi, dan lain sebagainya.
4)    Wabah curang dalam takaran dan timbangan. Penipuan dengan berbagai modusnya.
5)    Tidak mau membayar zakat. Wabah kekikiran  karena manusia sangat cintanya kepada dunia.
6)    Wabah pelanggaran perjanjian kepada Allah. Manusia sudah lupa bahwa mereka bahwa mereka diciptakan dan dikirim kedunia ini adalah untuk misi pengabdian kepada Allah SAW.
7)    Wabah penolakan hukum Allah. Dengan sombongnya manusia telah mengadopsi sikap ketakaburan Iblis laknatullah, dengan menolak hukum-hukum Allah karena merasa dirinya lebih hebat, lebih tahu.
8)    Wabah pemimpin-pemimpin bodoh. Ini menandakan masyarakatnya benar-benar bodoh. Karena apabila masarakat baik, pasti Allah mengirim pemimpin yang baik, apabila masarakat rusak, Allah juga akan kirim pemimpin yang rusak. Ada pepatah: rakyat yang mendamba seorang khalifah akan dapat khalifah, rakyat yang mendamba seorang raja tiran akan mendapat raja yang tiran.
9)    Wabah banyak polisi. Ini menandakan bahwa rasa aman tidak ada kerena kejahatan merajalela.
10) Jual beli hukum dan jabatan. Inilah hilangnya rasa amanat dan keadilan di dalam masarakat. Diganti dengan khianat dan kedzaliman. Siapapun yang punya koneksi, siapapun yang punya duit, ia bisa berbuat apa saja.
11) Wabah menganggap remeh urusan darah/ pembunuhan. Ini artinya nyawa tiada artinya. Masalah-masalah sepele dengan gampang terjadi bunuh membunuh.
12) Wabah pemutusan silaturahmi. Hubungan kekeluargaan semakin jauh karena sseseorang hanya melihat dari materi belaka.
13) Wabah belajar Al-Quran untuk dinyanyikan, bukan untuk diamalkan. Ini artinya dunia sudah akan kiamat.
14) Dll.






Minggu, 25 Desember 2011

SYAIR PERAHU HAMZAH PANSURI

Syair Perahu 
Hamzah Fansuri







Inilah gerangan suatu madah
mengarangkan syair terlalu indah,
membetuli jalan tempat berpindah,
di sanalah i’tikat diperbetuli sudah

Wahai muda kenali dirimu,
ialah perahu tamsil tubuhmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke akhirat jua kekal diammu.

Hai muda arif-budiman,
hasilkan kemudi dengan pedoman,
alat perahumu jua kerjakan,
itulah jalan membetuli insan.

Perteguh jua alat perahumu,
hasilkan bekal air dan kayu,
dayung pengayuh taruh di situ,
supaya laju perahumu itu

Sudahlah hasil kayu dan ayar,
angkatlah pula sauh dan layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
niscaya sempurna jalan yang kabir.

Perteguh jua alat perahumu,
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah di sana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu dari situ.

Muaranya dalam, ikanpun banyak,
di sanalah perahu karam dan rusak,
karangnya tajam seperti tombak
ke atas pasir kamu tersesak.

Ketahui olehmu hai anak dagang
riaknya rencam ombaknya karang
ikanpun banyak datang menyarang
hendak membawa ke tengah sawang.

Muaranya itu terlalu sempit,
di manakan lalu sampan dan rakit
jikalau ada pedoman dikapit,
sempurnalah jalan terlalu ba’id.

Baiklah perahu engkau perteguh,
hasilkan pendapat dengan tali sauh,
anginnya keras ombaknya cabuh,
pulaunya jauh tempat berlabuh.

Lengkapkan pendarat dan tali sauh,
derasmu banyak bertemu musuh,
selebu rencam ombaknya cabuh,
La ilaha illallahu akan tali yang teguh.

Barang siapa bergantung di situ,
teduhlah selebu yang rencam itu
pedoman betuli perahumu laju,
selamat engkau ke pulau itu.

La ilaha illallahu jua yang engkau ikut,
di laut keras dan topan ribut,
hiu dan paus di belakang menurut,
pertetaplah kemudi jangan terkejut.

Laut Silan terlalu dalam,
di sanalah perahu rusak dan karam,
sungguhpun banyak di sana menyelam,
larang mendapat permata nilam.

Laut Silan wahid al kahhar,
riaknya rencam ombaknya besar,
anginnya songsongan membelok sengkar
perbaik kemudi jangan berkisar.

Itulah laut yang maha indah,
ke sanalah kita semuanya berpindah,
hasilkan bekal kayu dan juadah
selamatlah engkau sempurna musyahadah.

Silan itu ombaknya kisah,
banyaklah akan ke sana berpindah,
topan dan ribut terlalu ‘azamah,
perbetuli pedoman jangan berubah.

Laut Kulzum terlalu dalam,
ombaknya muhit pada sekalian alam
banyaklah di sana rusak dan karam,
perbaiki na’am, siang dan malam.

Ingati sungguh siang dan malam,
lautnya deras bertambah dalam,
anginpun keras, ombaknya rencam,
ingati perahu jangan tenggelam.

Jikalau engkau ingati sungguh,
angin yang keras menjadi teduh
tambahan selalu tetap yang cabuh
selamat engkau ke pulau itu berlabuh.

Sampailah ahad dengan masanya,
datanglah angin dengan paksanya,
belajar perahu sidang budimannya,
berlayar itu dengan kelengkapannya.

Wujud Allah nama perahunya,
ilmu Allah akan [dayungnya]
iman Allah nama kemudinya,
“yakin akan Allah” nama pawangnya.

“Taharat dan istinja’” nama lantainya,
“kufur dan masiat” air ruangnya,
tawakkul akan Allah jurubatunya
tauhid itu akan sauhnya.

Salat akan nabi tali bubutannya,
istigfar Allah akan layarnya,
“Allahu Akbar” nama anginnya,
subhan Allah akan lajunya.

“Wallahu a’lam” nama rantaunya,
“iradat Allah” nama bandarnya,
“kudrat Allah” nama labuhannya,
“surga jannat an naim nama negerinya.

Karangan ini suatu madah,
mengarangkan syair tempat berpindah,
di dalam dunia janganlah tam’ah,
di dalam kubur berkhalwat sudah.

Kenali dirimu di dalam kubur,
badan seorang hanya tersungkur
dengan siapa lawan bertutur?
di balik papan badan terhancur.

Di dalam dunia banyaklah mamang,
ke akhirat jua tempatmu pulang,
janganlah disusahi emas dan uang,
itulah membawa badan terbuang.

Tuntuti ilmu jangan kepalang,
di dalam kubur terbaring seorang,
Munkar wa Nakir ke sana datang,
menanyakan jikalau ada engkau sembahyang.

Tongkatnya lekat tiada terhisab,
badanmu remuk siksa dan azab,
akalmu itu hilang dan lenyap,
(baris ini tidak terbaca)

Munkar wa Nakir bukan kepalang,
suaranya merdu bertambah garang,
tongkatnya besar terlalu panjang,
cabuknya banyak tiada terbilang.

Kenali dirimu, hai anak dagang!
di balik papan tidur telentang,
kelam dan dingin bukan kepalang,
dengan siapa lawan berbincang?

La ilaha illallahu itulah firman,
Tuhan itulah pergantungan alam sekalian,
iman tersurat pada hati insap,
siang dan malam jangan dilalaikan.

La ilaha illallahu itu terlalu nyata,
tauhid ma’rifat semata-mata,
memandang yang gaib semuanya rata,
lenyapkan ke sana sekalian kita.

La ilaha illallahu itu janganlah kaupermudah-mudah,
sekalian makhluk ke sana berpindah,
da’im dan ka’im jangan berubah,
khalak di sana dengan La ilaha illallahu.

La ilaha illallahu itu jangan kaulalaikan,
siang dan malam jangan kau sunyikan,
selama hidup juga engkau pakaikan,
Allah dan rasul juga yang menyampaikan.

La ilaha illallahu itu kata yang teguh,
memadamkan cahaya sekalian rusuh,
jin dan syaitan sekalian musuh,
hendak membawa dia bersungguh-sungguh.

La ilaha illallahu itu kesudahan kata,
tauhid ma’rifat semata-mata.
hapuskan hendak sekalian perkara,
hamba dan Tuhan tiada berbeda.

La ilaha illallahu itu tempat mengintai,
medan yang kadim tempat berdamai,
wujud Allah terlalu bitai,
siang dan malam jangan bercerai.

La ilaha illallahu itu tempat musyahadah,
menyatakan tauhid jangan berubah,
sempurnalah jalan iman yang mudah,
pertemuan Tuhan terlalu susah.


Hamzah Fansuri

Sabtu, 24 Desember 2011

Membuktikan Diri Muslim di Hadapan Allah

Ihsan Tandjung

Seorang muslim perlu selalu melakukan muhasabah (introspeksi). Terutama ia harus periksa adakah dirinya telah memenuhi kriteria seorang beriman sejati? Dan untuk itu ia mesti membuktikan bahwa dirinya merupakan seorang muslim di hadapan Allah سبحانه و تعالى . Bukan di hadapan manusia lainnya. Muslim-mukmin sejati pasti mengharapkan pengakuan dari Allah سبحانه و تعالى bukan dari sesama manusia, bahkan bukan pengakuan dari dirinya sendiri.
Di dalam bukunya, Anshari Ismail menulis sebagai berikut:

“Yang perlu kita lakukan hanyalah membuktikan diri bahwa kita ini seorang muslim. Muslim yang dikehendaki oleh Allah سبحانه و تعالى , bukan muslim yang kita kira sendiri. Karena kita adalah hamba Allah سبحانه و تعالى bukan hamba diri sendiri. Karena kita mengharap ridha Allah سبحانه و تعالى bukan ridha diri sendiri. Oleh karena itu, untuk membuktikan bahwa kita seorang muslim, maka kita harus ber-Islam dengan caranya Allah سبحانه و تعالى bukan dengan cara kita sendiri. Tetapi bagaimana ber-Islam dengan cara Allah سبحانه و تعالى ?” (“Jalan Islam-Transformasi Akidah dalam Kehidupan” – Anshari Ismail; An-Nur Books Publishing 2008, hlm. 7)

Jumat, 23 Desember 2011

AGAMA dan SISTEM HIDUP

Anshari Ismail



الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
"Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagimu agamamu dan telah Aku cukupkan ni’mat-Ku bagimu, dan telah Aku ridlai Islam menjadi agama bagimu”. (5:3).

Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna. Kesempurnaan Islam itu mencakup semua aspek kehidupan, baik duniawi dan ukhrawi. Meliputi bidang ibadah, mu’amalah, syari’ah, dan akhlak kemasyarakatan. Tidak ada yang tertinggalkan dalam cakupannya, baik yang besar maupun yang kecil. Sebagaimana diterangkan dalam al Quran:
مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ
"Tiada Aku alfakan sesuatupun dalam Al Kitab”. (6:38).
وَلَا أَصْغَرَ مِنْ ذَلِكَ وَلَا أَكْبَرَ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
"Tidak ada yang lebih kecil dan tidak pula yang lebih besar, melainkan semua tercatat dalam Kitab yang  nyata (Lauh Mahfudz)”. (10:61).
Namun sayang, Islam yang demikian lengkap dan sempurna, telah hilang bagian demi bagian dari akidah umat Islam, sehingga yang tertinggal hanya ritual saja. Hal ini sesuai apa yang dinubuwahkan Rasulullah SAW.:
لَتُنْقَضَنَّ عُرَى الإِِسْلاَمِ عُرْوَةٌ عُرْوَةٌ ، فَكُلَّمَا انْتُقِضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِي تَلِيهَا فَأَوَّلُهُنَّ نَقْضًا الْحُكْمُ ، وَآخِرُهُنَّ الصَّلاَةُ
"Sungguh tali Islam akan akan lepas ikatan demi ikatan. Setiap lepas satu ikatan maka manusia berpegang pada ikatan selanjutnya. Mula pertamanya adalah hukum (pemerintahan) dan yang paling akhir adalah shalat”.  (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Hakim) .
Untuk mengasah kepekaan kita terhadap permasalahan dienul Islam ini, kita harus memahami makna dien itu secara benar, sehingga kita dapat memahami/melihat dien Islam ini secara utuh.

LA ILAAHA ILLALLAH SEBAGAI MANHAJ HIDUP MUSLIM


 Sayid Qutub

Pengabdian diri kepada Allah Subhanahu Wata'ala adalah merupakan akar tunjang dan rukun pertama dalam aqidah Islamiyyah yang dijelmakan di dalam pengakuan: Tiada Tuhan Melainkan Allah (LAA ILAAHA ILLALLAH). Manakala menerima pengajaran dari Rasulullah Sallallahu'alaihi Wasallam mengenai cara menjalankan dan melaksanakan pengabdian itu adalah merupakan bahagian yang kedua daripadanya, yang dijelmakan di dalam pengakuan: Muhammad itu ialah Utusan Allah (MUHAMMADUR RASULULLAH).

Hati Muslim yang beriman dan menyerahkan dirinya kepada Allah itu adalah hati yang menjelma di dalamnya kedua-dua dasar yang disebutkan di atas tadi. Semua perkara selain daripada kedua-duanya baik yang berbentuk asas-asas keimanan dan rukun Islam, adalah merupakan pelengkap bagi kedua-dua tadi; karena keimanan kepada malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari kiamat, qada dan qadar, juga sembahyang,

TIGA JALAN MENUJU KESESATAN

Abul A’la Al-Maududi


Al-Qur'an yang suci mengatakan kepada kita bahwa kejahatan-kejahatan ini muncul melalui tiga sumber:

1. Mengikuti kemahuan sendiri.

Sumber yang pertama adalah kemahuan diri manusia sendiri:

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

"... Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang rnengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepadaorang-orang yang zalim ". (Surah Al-Qasas: Ayat 50).

Ayat di atas mengertikan bahwa faktor terbesar penyebab kesesatan manusia adalah dorongan-dorongan hawa-nafsunya sendiri. Dan sama-sekali tidak mungkin bagi seseorang untuk menjadi hamba Allah, sedangkan ia masih menuruti dorongan-dorongan hawa-nafsunya sendiri. Ia akan terus menerus memikirkan pekerjaan apa yang akan mendatangkan wang baginya, usaha apa yang akan membawa kemasyhuran dan penghormatan orang padanya, ke mana ia harus mengejar kesenangan dan kepuasan, dan apa saja yang boleh memberikan kemudahan dan kenyamanan hidup baginya. Pendeknya, ia akan menempuh segala macam cara untuk mencapai